copyright anratna. Diberdayakan oleh Blogger.
RSS

KARANG YANG RAPUH

Kusendiri,berdiri di pasir berdebu’angin bertiup mengibaskan rambutku. Dinginnya obak dengan lembut membelai jemariku.
Inilah aku,sendiri berteman sepi’tiada secercah harapan yg menerpa hidupku. Kesepian dalah temanku yang senantiasa menembus sanubariku.
Apalah yg bisa dilakukan oleh seorang yatim piatu sepertiku’hidup sabatang kara hanya ditemani oleh seorang kakek tua renta yg sudah kehilangan istri yg senantiasa dikasihinya. Iya kakek itu adalah kakekku yg senantiasa menghibur duka laraku saat ku kehilanagn ayah bundaku.
Aku mencoba tegar selalu demi kakekku. Walau sebenarnya jiwa ini kosong tak berpenghuni.
Sekarang,aku berdiri mematung ditepian pantai,menunggu kakekku yg tua renta berjuang diantara ganasnya ombak’hanya untuk mencari sesuap nasi untuk makanan kita sore ini.
Memang seusia kakekku,harusnya dirumah dan tidak melaut’tapi bagaimana lagi. Apalah yg bisa di lakukan oleh perempuan seperti aku yang masih 17 th,untuk melaut rasanya juga tak mungkin. Aku hanya membantu kakek berjualan setelah mendapatkan ikan dari hasil melautnya.
Tiba-tiba aku merasa ada sepasang mata yg selalu memperhatikanku,tapi tanpa menghiraukannya,aku tetap mematung disini merenungi nasibku dan kekhawatiranku atas nasib kakekku di laut sana yg semakin ganas. Mata tajam itu semakin dalam menatapku. Pandangannya seakan tembus menusuk jantungku.
Dia,si mata misterius itu berlahan mendekatiku’sayup-sayup kudengar dia berkata.

“Bolehkah aku mengenalmu?”
Aku tetap diam membisu,aku gugup’entah apa yg terjadi padaku. Hingga akhirnya dia berkata sekali lagi.
“Hai,kenapa kau diam saja,apa ada yg salah dlm diriku. Setiap aku pergi kesini’aku selalu melihatmu berdiri mematung setiap sore disini. Entah apa yg kau tunggu,tapi aku yakin kau tinggal di daerah sini. Sapakah yg kau tunggu sebenarnya?”
Sepertinya aku tidak bisa berdiam diri seperti ini’dengan gemetar aku menjawabnya.
“iya,kamu benar. Aku memang tinggal di daerah sini. Aku sedang menunggu kakekku dengan penuh harapan dan kekhawatiran.”
Dia,si pemilik mata tajam itu,kemudian menjawab lagi.
“Jika aku boleh tau apa kiranya yang membuat kamu berharap dan khawatir?”
“banyak sekali yang membuatku khawatir,kakek itu’dia adalah satu-satunya keluarga yg ku punya saat ini. Tapi sekarang,dengan keadaannya yang sudah tua renta seperti itu’dia harus berjuang menghadapi ganasnya ombak di tengah laut sana. Hari ini,aku seperti punya firasat lain pada kakekku’ketakutan itu,sekarang mencabik-cabik batinku”
Kemudian sambil meneteskan air mata aku meneruskan kalimatku.
“Apa kau juga ingin tau harapanku?”
“Tentu,apakah harapanmu itu?”
“Aku hanya ingin kakekku pulang dengan selamat dan membawa lauk sekedar untuk mengisi perut kita hari ini”
“Sudahlah jangan menangis lagi,aku juga bisa merasakan apa yg kamu rasakan,oya siapa namamu? Dari tadi kita sudah bicara panjang lebar tapi aku belum tau siapa namamu. Aku Riyan,jika aku boleh tau namamu siapa?”
“Aku Bella”trima kasih kamu sudah mau mendengarkan keluh kesahku hari ini.”
“Sama-sama,aku senang bisa mengenalmu.”
Tiba-tiba ada perahu datang.
“Hei,itu ada perahu’aku berharap itu adalah perahu rombongan yg membawa kakekku. Aku akan kesana dan bertanya kepada mereka.”
“Ternyata bukan perahu rombongan yang membawa kakekku”
“Pak,apa bapak melihat perahunya Pak Sam yg membawa serta kakeku?”. Mengapa sampai sekarang kakekku belum juga pulang?”
“Begini nak,tabahkan hatimu ya. Tadi di laut,semua perahu diterjang oleh badai yang sangt besar. Dan.....,kapal yg ditumpangi kakek kamu oleng. Karena kakek kamu kurang kuat berpegangan dia terjebur ke laut,sampai sekarang perahu yg ditumpangi kakekmu belum bisa kembali karena sedang mencari kakekmu. Yang sabar ya nak’’.
Bagai tersambar petir aku mendengarnya,aku tak bisa berkata apa-apa. Kedua butir bening keluar dari air mataku. Aku tidak bisa berfikir apa-apa,yang aku bisa hanya berlari menuju arah pantai. Aku seperti orang kesurupan,aku ingin mencari dan menyelamatkan kakekku,aku seperti tidak percaya kabar ini. Aku berlari sambil berteriak.
“Kakek.... kakek......”
Tapi Riyan mengejarku,dia menarik aku saat aku sudah sampai di bibir pantai’dia terus memelukku dan memegangiku,tapi aku semakin meronta-ronta ingin ke tengah lautan. Akhirnya sambil berteriak dia berkata dan menyadarkanku.
“Bella,dengar aku’kamu tidak boleh seperti ini. Disana sangt berbahaya sekali,yakinlah kakekmu pasti ditemukan.”
Sedikit demi sedikit aku mulai sadar. Kemudian dia mengantarkan aku pulang,memang rumahku tidak jauh dari pantai. Sampai di rumah aku duduk di kursi rumahku yg terbuat dari papan dan bambu,aku teyap diam,dan diam. Kebisuan dan ketakutan menyelimutiku.
“Bella,kamu tenang. Aku akan menemani kamu disini sampai orang2 pulang membawa kakekmu. Aku sangt tau perasaanmu,aku tau rasanya kehilangan orang yg sangt kita kasihi. Saperti waktu aku kehilangan ibuku dulu”
“Trimakasih kamu sudah sangt baik sama aku padahal kita masih baru saja ketemu.”
Hingga akhirnya orang-orang membawa pulang jenazah kakekku. Hatiku tercabik-cabik dan terpukul. Aq menangis disamping mayat kakekku. Satu-satunya orang yg aku punya dan sangat aku sayangi,kini kembali ke pangkuan-Nya,bertemu dengan istri yang sangat dikasihinya. Oh... kakek,mungkin ini yg terbaik bagimu’sekarang engkau tenang di alam sana. Tidak perlu lg bersusah payah mengarungi ganasnya lautan lagi dalam usiamu  yg sudah renta. Semoga engkau diterima di sisinya.... amien....amien....amien.
Seminggu setelah kematian kekekku,aku mencoba bangkit kembali. Di sampingku,Riyan selalu menemaniku. Dia meminjami uang untuk usaha dagangku.
Di atas batu karang yg besar dan kokoh ini,kita selalu bercanda’dia yg membuatku menjadi tegar kembali. Dia yg setiap saat selalu menemani dalam setiap tangis dan tawaku.
Tapi,sudah seminggu ini dia tidak menemuiku. Entah apa yg terjadi padanya’tapi aku sangat merindukan kehadirannya’senyum dan tawanya. Sampai suatu hari,teman riyan datang kepadaku. Dia memberiku sebuah amplop yg isinya surat dari Riyan. Pelan-pelan aku buka surat itu.
Bella.
Mungkin saat kamu membuka surat ini,aku sudah tiada di sampingmu lagi. Tapi percayalah,kamu akan selalu ada di dalam hatiku.
Aku menyesal,karena aku belum sempat mengucapkan kata sayang ini ke kamu’ tapi ketauilah,sebenarnya aku sangat menyayangimu dari pertama kita bertemu. Tapi semua sudah terlambat,aku kalah. Aku kalah dalam berperang melawan penyakit yg selalu menggerogoti tubuhku.
Saat kau membaca surat ini,aku sudah terbujur kaku’tak puya nafas kehidupan lagi. Selama ini kau yg menjadi semangat hidupku. Maafkan aku Bella yg telah meninggalkanmu.cinta ini,sudah ku bawa sampai mati.
Riyan{yang selalu mencintaimu}
Awan terasa gelap,pekat. Tiada sinar lagi,kini semua berganti mendung. Akhirnya mataku sudah tak kuat lagi membendung. Tiada keadilan lagi buatku.
Aku berlari dan terus berlari,sampai disebuah batu karang yg besar. Batu karang tempat kami bercanda’kuukir kenangan tentang dia  dalam lubuk sanubariku.
“Mengapa Tuhan mengambil lagi orang yg paling aku sayang untuk kesekian kali”
Aku berteriak sejadi-jadinya. Batu karang ini,yang selalu kokoh’kini berlahan mengikis. Mengikis dan terus mengikis. Iya,batu itu adalah aku. Aku bagai terhempas ke dalam jurang yg gelap dan dingin. Berlahan tanpa kusadari tubuhku terhempas ke laut. Ganasnya ombak memakan tubuhku. Aku sudah tidak bisa merasakan apa-apa lagi sampai nyawa terpisah dari ragaku. Aku hancur’karang itu hancur dan roboh,tidak lagi bisa bertahan.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS